Halaman

Sabtu, 17 Januari 2015

TIGA CINTA PUTRI ISTANA.

Lika-liku duka dan bahagia.

MEGAWATI terkejut ketika membaca sebuah pengumuman di harian Kompas, 5 Juli 1972, yang disodorkan Tempo. Sambil mengamati tulisan di halaman sebelas dalam kolom ukuran 9 x 6 sentimeter, ia mundur sedikit, kemudian membenahi letak kacamatanya.

Tertulis di situ, ”Telah menikah, Hassan Gamal A.H. Dengan Nj. Megawati Soekarnoputri”. Kepada Tempo, Jumat dua pekan lalu, calon presiden nomor urut satu itu mengaku masih ingat pada peristiwa ketika dia menikah dengan Hassan.

”Namanya juga riwayat hidup,” kata Megawati. Namun ia hanya menggeleng ketika ditanyai apakah masih menjalin hubungan dengan mantan suaminya itu. Ketika itu, kabar pernikahan Megawati dengan mantan diplomat Mesir sekaligus pengusaha ini menjadi sorotan media massa.

Laporan khusus majalah Tempo kala itu menyebutkan pernikahan ini dilakukan secara diam-diam di Kantor Urusan Agama Sukabumi, Jawa Barat. Keluarga Soekarno membantah pernikahan tersebut hingga akhirnya dibatalkan pengadilan.


MEGAWATI pertama kali menikah dengan Surindro Suprijarso—yang biasa dipanggil ”Mas Patjul”. Surindro adalah lulusan terbaik dari Akademi Angkatan Udara Republik Indonesia. Perawakannya tinggi, dengan rambut model berjambul.

Perkenalan Megawati dengan Surindro dijembatani Guntur Soekarnoputra—putra sulung Bung Karno. ”Dia (Surindro) temannya Mas To (sapaan Guntur),” kata Rachmawati Soekarnoputri.

Pada 1968, Megawati ikut suaminya tinggal di Madiun, Jawa Timur. Di sana dia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak pertamanya, Mohammad Rizki Pratama. Mega mengatakan, terlalu berisiko jika saat itu ia aktif di dunia politik. ”Kalau saya aktif, bisa masuk penjara,” katanya.

Kemudian kabar buruk itu datang. Ketika Mega mengandung anak kedua, Surindro mengalami kecelakaan. Pesawat Skyvan T-701 yang dikendalikannya terempas di perairan Biak, Papua, pada 22 Januari 1970. Letnan satu itu, beserta tujuh awaknya, tak diketahui nasibnya. Hanya reruntuhan pesawat yang ditemukan. Mega dirundung duka. ”Dia berkabung cukup lama,” kata Rachmawati.

Kedukaan itu kemudian berganti dengan pengumuman yang menggemparkan tadi. Pernikahan Megawati dengan Hassan memicu kontroversi dalam keluarga. Ibunda Megawati, Fatmawati, membantah pernikahan itu. Dasarnya, suami pertama Megawati, Surindro, belum pasti meninggal.

Bagi keluarga Fatmawati, Hassan bukan orang baru. Rumahnya di kawasan Kebayoran Baru hanya berjarak 15 menit berjalan kaki dari kediaman Fatmawati. Menurut Guntur, perkenalan dengan Hassan terjadi ketika Hassan menyatakan dukacita atas wafatnya Bung Karno. ”Kami tidak curiga,” kata Guntur. Lagi pula, Guntur melanjutkan, ”Dia dari kedutaan Mesir, sementara Presiden Gamal Abdul Nasser dan Anwar Sadat adalah sahabat Bung Karno.”

Keluarga Soekarno kemudian menyewa seorang pengacara, Sumadji, untuk membatalkan pernikahan itu. Hassan berkeras. Baginya, pernikahannya dengan Megawati di depan penghulu Muhammad Cholil Fathurrohman itu sah.

Tapi kenyataan berbicara lain. Perkimpoian Megawati dengan Hassan hanya bertahan tiga bulan. Pengadilan Tinggi Agama Jakarta membatalkan pernikahan mereka. Hasan menyerah.

Kembalilah Mega sendiri dan mengurus kedua putranya—M. Rizki Pratama dan Mohammad Prananda—di Madiun. Cinta Mega kepada Surindro tak pernah pupus. Ia masih menyimpan dan sesekali menengok pakaian seragam, foto, helm penerbang, dan surat terakhir Mas Patjul yang ditulis menjelang kepergiannya ke Papua. ”Ada di satu ruangan tersendiri,” kata Erros Djarot, yang menjadi penasihat politik Megawati selama tujuh tahun.

TASTAFVIAN Kiemas, suami ketiga Megawati, lahir di Jakarta, 31 Desember 1942, dari pasangan Tjik Agus Kiemas dan Hamzatun Rusjda. Ketika kuliah di Universitas Sriwijaya, Taufiq—nama panggilan Tastafvian—menjadi Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Palembang, pada 1963.

Selain aktif di GMNI, Taufiq bergabung dengan Inti Pembina Jiwa Revolusi, organisasi yang menegakkan ajaran Soekarno. Di organisasi inilah dia berkenalan dan dekat dengan Guntur, putra sulung Bung Karno.

Ketika isu anti-Partai Komunis Indonesia beralih menjadi anti-Soekarno, pengagum Bung Karno ini diciduk aparat. Taufiq ditahan di Markas Corps Polisi Militer Kodam Sriwijaya pada 1966. Dia mendekam di dalam ruang tahanan berukuran 6,25 meter persegi, berdesakan dengan sepuluh tahanan lain.

Di balik terali besi, Taufiq sempat menunjukkan selembar koran yang menampilkan foto Megawati. ”Ini calon ayu (kakak perempuan) kau,” kata Taufiq kepada sahabatnya, Adjis Saip. ”Kalau tak percaya, lihat saja nanti.”

Setahun kemudian, Taufiq keluar dari tahanan dengan jaminan Jenderal Abdul Haris Nasution dan Letnan Jenderal Alamsjah Ratu Perwiranegara. Kedua jenderal itu kawan lama ayah Taufiq.

Pada awal Juli 1971, beberapa bulan setelah kecelakaan pesawat Surindro, Guntur bersama beberapa sahabatnya, termasuk Taufiq, berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Seusai berziarah, Guntur mengajak Taufiq mampir ke kompleks perumahan TNI Angkatan Udara di Madiun. ”Di situ saya berkenalan dengan Megawati,” kata Taufiq.

Megawati mengatakan, sebelum perkenalan itu, Guntur pernah bilang akan mengenalkan temannya, si Bule. ”Saya baru tahu yang dimaksud si Bule adalah Taufiq,” kata Megawati. Taufiq disebut si Bule karena postur tubuhnya jangkung dan kulitnya putih.

Dari situlah kedekatan mereka dimulai. Keduanya memutuskan menikah pada akhir Maret 1973. Pesta pernikahan berlangsung sederhana di Panti Perwira, Jakarta Pusat. Dari pasangan ini, lahir Puan Maharani.

Taufiq dan Megawati kemudian sama-sama aktif di dunia politik. Mereka pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 1987. Selain berpolitik, Taufiq mengelola sejumlah pompa bensin.

http://forum.kompas.com/nasional/21872-tempo-laporkan-kisah-3-cinta-megawati-dengan-3-suaminya.html

*********************************************************************************

Berarti perjalanan hidup ibu Megawati memang penuh dengan lika-liku laki-laki ...
Begitulah Sejarahnya Kawan..!@#$%^


Please Like & Share !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar