Senin, 18 Agustus 2014

KUPAS TUNTAS PDIP & JOKOWI MENCABUT LARANGAN PAHAM KOMUNISME INDONESIA

1]. PDIP Tegaskan Akan Cabut Tap MPRS Larangan Komunisme
Anggota DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bambang Beathor Suryadi mengajak kader-kader partai lain untuk mencabut TAP MPRS No XXV/ 1966.

"Hanya dengan mencabut TAP MPRS No XXV/ 1966, bangsa ini kembali "mampu" membentengi Bangsa, Negara dan Rakyat dari rongrongan ideologi dan maksud bangsa lain," paparnya seperti diberitakan Aktual.co, Minggu (17/8).

Alasan pencabutan itu, lanjutnya, karena Indonesia yang kaya raya ini sekarang menjadi "rebutan" gerakan internasional baik Ekonomi Liberal maupun gerakan bersenjata ISIS ( Islamic State Irak dan Suriah) serta gerakan lainnya.

Seperti diketahui, TAP MPRS No XXV/ 1966 yakni Ketetapan Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, pernyataan sebagai Organisasi terlarang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran komunisme/ Marxisme-Lenininisme.



Alasan PDIP Ngotot Mencabut..??

2]. Logis Sekali Karena Komunis Ada Dan Bersembunyi Di tubuh PDIP

Pertama-tama, saya tegaskan bahwa mustahil atau tidak logis PDIP berideologi dan mendukung Komunis, namun logis ideologi destruktif ini ada, tepatnya bersembunyi di tubuh partai terbesar di Indonesia ini. Pendapat yang saya ambil berdasarkan disertasi 
Endang Saefudin Anshari.
Berikut ini saya mengutip sebagian dari artikelnya terkait judul artikel ini.

[Endang Saefudin Anshari/ESA (1981) dalam disertasinya di McGill University berpendapat bahwa selama tidak ada perubahan fundamental dalam sosiologis masyarakat Indonesia maka peta politik Indonesia tidak akan berubah dari default awalnya, yaitu Pemilu 1955]
[Ada 3 kelompok besar (tripolar) dalam pemilu 1955, yaitu PNI (Soekarno), PKI, dan Islam (NU dan Masyumi). Meskipun masih banyak partai lainnya, namun sisanya hanyalah pemain kecil]



[Selama jaman Orba juga ada 3 kekuatan, Golkar, PDI dan PPP]

[Pendapat ESA dalam melihat pola politik di Indonesia nampaknya masih relevan. Ada benang merah yang bisa kita tarik antara pemilu 1955, 1999, dan 2014. Sebagaimana prediksi ESA, politik Indonesia, dulu, kini, dan nanti, nampaknya akan tetap dihiasi oleh 3 kekuatan utama, 1) Kubu Soekarno, 2) Kubu Islam, dan 3) PKI].

[Perbedaan mendasarnya adalah entah di mana kekuatan PKI berada dan bersembunyi saat ini. Wajar jika PKI belum berani muncul ke permukaan setelah mereka ditekan secara represif oleh rezim Orba selama puluhan tahun. Selain itu, tidak sedikit masyarakat kita yang belum menerima kehadiran (kembali) PKI di ranah politik secara eksplisit, khususnya kubu Islam]

Dan takdirpun telah menetapkan bahwa ada dua kubu di dalam Pilpres 2014 ini, kubu Jokowi-JK PDIP dan kubu Prabowo-Hatta Gerindra.

Komunis adalah ideologi yang sangat menarik, meskipun waktu telah membuktikan bahwa ideologi ini tidak sesuai dengan kemajuan dan perkembangan jaman. Bertentangan dengan konsep Sosiobiologi, tidak sesuai dengan sifat alamiah manusia sebagai mahluk sosial.

Perlahan-lahan namun pasti, ideologi ini punah dari permukaan, dan saya pikir tidak akan bisa naik ke permukaan lagi, dalam pengertian menjadi ideologi utama suatu negara. Namun bagaimanapun, ideologi komunis ini mustahil punah dari benak-benak sebagian masyarakat, saya setuju bahwa ideologi ini bersifat laten.

Terlepas dari ada tidaknya pihak tertentu yang mempolitisasi isu Komunis dalam konteks copras-capres ini, individu-individu pembawa ideologi ini terlihat menggeliat, berusaha mengambil kesempatan di relatif keruhnya sikon politik kekinian, dan berusaha menjadi bagian dari sistem pemerintahan meskipun secara sembunyi-sembunyi.

Mereka menyadari benar bahwa umumnya masyarakat Indonesia sangat alergi dengan ideologi komunis ini, yang merupakan hasil dari kerjaan Rejim Soeharto, plus telah ditetapkan sebagai partai/ideologi terlarang oleh negara, yang membuat mereka terpaksa tidak berani menyatakan secara terang-terangan kekomunisannya.

Dari partai-partai pendukung kedua kubu capres, PDIP lah yang mereka pilih sebagai
 kendaraan sekaligus tempat persembunyian mereka, karena:
[1]. Ideologi dasar PDIP (”Soekarnoisme”) tidak begitu bertentangan dengan ideologi komunis, perbedaan yang mencolok ada pada bagaimana kedua ideologi ini menyikapi atau menerima ketuhanan (agama).

[2]. PDIP terkenal dengan karakter toleransinya yang sangat tinggi terhadap kalangan minoritas.

Sangat sulit bagi mereka menumpang di partai-partai lain, khususnya partai yang berlandaskan keagamaan, yang sangat bertentangan dengan ideologi dasar mereka.

Pun demikian tidak menutup kemungkinan individu-individu pembawa ideologi komunis ini ada di Partai Gerindra, sebagai partai pengusung utama Prabowo yang memiliki peluang yang cukup besar memenangkan pilpres ini.

Ada sisi positif naiknya isu komunis/PKI ini ke permukaan, sebagai momen untuk mengingatkan “kita” bahwa ideologi komunis ini ada dan akan selalu ada.

Mudah-mudahan PDIP mewaspadai hal ini, dan saya pikir mereka memang mewaspadainya…. : [-Rahmad Agus Koto-]


3]. PDIP Menerima Kunjungan Partai Komunis Tiongkok
Lihat Bukti Video Di Bawah Ini ~>>



4]. Kader PDIP belajar ke Partai Komunis China
15 Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bertolak ke China, Senin (14/10/13). Mereka akan berada di Negeri Tirai Bambu hingga 23 Oktober mendatang, untuk belajar di sekolah Partai Komunis China terkait berbagai masalah pembangunan.

Pimpinan Delegasi PDIP Eva Kusuma Sundari mengatakan, kader partainya yang belajar di sekolah Partai Komunis China merupakan angkatan ketiga pada tahun ini. Beberapa yang berangkat diantaranya anggota Komisi VI DPR RI Vanda Sarundayang , Bupati Ngawi Budi Sulistyo, Bupati Flores Timur Yoseph Lagadoni Herin, dan Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bambang Kusriyanto. "Selebihnya, anggota berbagai departemen di Departemen Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan," kata  anggota Komisi III DPR RI ini, yang juga turut berangkat ke China.



Selama kunjungan, delegasi akan pergi ke Shanghai, Guiyang, dan Beijing. Kegiatan di Shanghai, delegasi akan meninjau lapangan untuk mempelajari bagaimana cabang dan ranting partai bekerja, melakukan observasi di pusat perawatan kesehatan anak-anak, dan melihat bagaimana sektor pertanian di perdesaan dikembangkan.
Di Guiyang, delegasi akan mempelajari bagaimana pemerintah setempat membina dan mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor produk industri kesehatan agar bisa masuk pasar internasional.

Adapun program di Beijing, akan diisi dengan serial workshop oleh para ahli dan pengurus Sekolah Partai China dengan berbagai topik. Diantaranya "Grassroots Cadres Competitive Selection and Training", "The Experiences on Building Close Party-Masses Relationship", dan "Sharing Experiences on Strengthening and Innovating Of Social Administration"



5]. Partai Komunis China Tawarkan Kerjasama PDIP


" Kesamaan tak bisa kita pungkiri adalah di sisi kerakyatan, berpihak pada yang tertindas."

Setelah menyambangi Partai Golkar, sejumlah pengurus Partai Komunis China mengunjungi markas DPP PDI Perjuangan. Dipimpin oleh anggota Politbiro Li Yuanchao dan Dubes China untuk Indonesia, Zhang Qiyue, rombongan PKC disambut Ketua Umum PDI P Megawati Soekarno Putri dan sejumlah pengurus teras lainnya seperti Sekjen Tjahjo Kumolo, Rano Karno dan  sejumlah pengurus lain.

"Maksud kedatangan mereka, pertama, menawarkan kerjasama antar kedua partai. Kedua, kerjasama institusi partai dalam meningkatkan sumber daya. Persahabatan ini akan mampu mempererat kerjasama antar negara," kata Tjahjo usai pertemuan dengan PKC di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Senin 6 Juni 2011. 
Menurut Tjahjo kerjasama dengan PKC sangat penting. Hal itu sekaligus melanjutkan hubungan baik yang sudah terjalin semenjak pemerintahan Presiden Soekarno.


"Agar partai ini mampu secara terus menerus menjaga hubungan kedua negara yang dimulai saat Presiden Soekarno," lanjutnya.

Kunjungan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan komunikasi antar calon pemimpin kedua partai di masa depan. "Misalnya, pertukaran kader partai, seminar bersama," katanya.

Sementara, Ketua Depatemen Kaderisasi dan Ideologi DPP PDIP, Idham Samawi menepis anggapan bahwa kerjasama dengan Partai Komunis China itu akan berdampak negatif terhadap persepsi publik di tanah air. Seperti yang diketahui, citra komunisme di Indonesia masih buruk karena pengalaman sejarah di masa lalu.

"Kesamaan tidak bisa kita pungkiri adalah di sisi kerakyatan, berpihak pada yang kaum tertindas, termarjinal. Mereka Marhaen. Yang sama itu akan kita kerjasamakan. Kaderisasi bukan ideologinya, tapi cara memahamkan ideologinya," jelas Idham.
"Kita (harus) membuka komunikasi dengan semua negara, Jerman, Amerika, Inggris. Ini (PKC) adalah tamu, mereka ingin meningkatkan hubungan," imbuh Tjahjo.


6]. BIN dan TNI Sudah Tahu Jokowi PKI


Joko Widodo alias Jokowi membantah isu yang menyebut keluarganya terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Jokowi dengan tegas menyebut isu PKI tersebut sebagai penghinaan terhadap nasionalismenya beserta keluarga besar.

“Isu yang menyebut saya PKI adalah penghinaan. Berulang kali saya jelaskan Bapak dan Ibu saya itu dua-duanya haji. Keluarga saya sudah jelas. Orang juga sudah kenal semua. Kakek saya lurah dari Karanganyar. Kalau kakek dari Ibu adalah pedagang kecil. Mau sampai kakek canggah pun sama alurnya seperti itu,” kata Jokowi di Palembang, Rabu (25/6) lalu.



Sementara itu, menurut sumber kami yang sangat paham dan mengerti mengenai Fasis, Komunis dan Sosialis mengatakan, Jumat (15/8). "Bantahan Jokowi terkait dengan tuduhan PKI sangat tidak subtansial dan jawaban sekenanya itu malah membuat dirinya terkonfirm terlibat dalam organisasi terlarang tersebut"

Jokowi menang terbukti berbohong mengenai beberapa hal terkait indentitas diri dan latar belakang hidupnya. Sebelum terbuka, Jokowi selalu mengaku ayahnya bernama Noto Mihardjo. Baru akhir-akhir ini Jokowi mengakui nama ayah kandungnya adalah Widjiatno.

Keganjilan lain yang tak mampu dijelaskan Jokowi adalah tempat lahirnya. Pengakuan Jokowi berubah-ubah. Awalnya disebut dia lahir di bantaran kali Pepe, Munggung Managan Solo, namun sering dia katakan lahir di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Solo. Padahal, Jokowi yang lahir pada tahun 1961, ayah dan ibunya tinggal di Giroroto, Ngemplak Boyolali sejak 1959 dan baru menetap di Solo (Surakarta) pada 1971.

"Bukti jokowi terlibat PKI sudah jelas dan kami siap untuk membuktikannya, dan kita buka bukaan saja sama Jokowi, beranikah dia?, dan Jaringan Intelijen dan TNI kabarnya juga sudah mengetahui keterlibatan Jokowi dengan Komunis. TNI mengaku kecolongan selama dua tahun terakhir ini," pungkasnya.

Isu Jokowi dan keluarganya terafiliasi PKI tersebar di berbagai media sosial termasuk jejaring sosial Twitter. Salah satu akun anonim menyebut telah mengerjakan investigasi di daerah asal Jokowi; Solo, Karanganyar dan Boyolali. 

7].  Jusuf Kalla Utus Purn. Jendral Selidiki Hubungan Jokowi Dengan PKI, Hasilnya : Confirmed !



8]. Negeri Ini Perlu Di Pimpin Oleh Seorang Presiden Yang Jelas Silsilah & Asal Usulnya.
Siapa Kau Sebenarnya Jokowi..??




9]. Terbongkarnya Status Jokowi PKI Oleh Badan Intelijen




Buka Video Bukti Pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta [Prijanto] Mengenai Pencabutan Larangan Paham Komunisme Di Indonesia Disini ~>> http://www.youtube.com/watch?v=AbHEl0cv_yM




Sebetulnya masih banyak lagi sumber yang akan admin sampaikan karena sepertinya pembaca nya pasti pusing kalau kebanyakan makanya disingkat, aktual, bersumber dan terpercaya.


Semoga Bermanfaat Dan Terima Kasih

Selamatkan Indonesia...!!



                                                                   Like And Share !





Sumber :















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar